Friday, March 23, 2007

Untaian Kata-Kata Terindah


Gibran’s Love Poems

(Cuplikan dari sekian panjang kata-kata indah yang dialirkan Gibran dalam untaian demi untaian perkamen--Ranny)


Kejahatan benar-benar merupakan kekuatan yang dapat menandingi kebaikan dalam segi daya dan pengaruhnya.

Dan jiwaku gemetar menyaksikan ciptaan seni yang sedemikian itu (Shpinx) seperti ilalang yang gemetar menjelang prahara. Shpinx tersenyum padaku dan mengisi hariku dengan dukacita yang indah dan sukacita yang gundah.

Pengalaman dan keyakinan pribadi lebih utama daripada segala jenis pengetahuan demi pekerjaan.

Kesenian adalah ekspresi daripada semua yang mengalir, bergerak dan menjadi saripati jiwa seseorang.

Di balik telingamu terdapat telinga lagi yang tersembunyi, yang dapat mendengarkan bunyi yang amat indah laksana keheningan—bunyi yang tidak diciptakan oleh bibir dan lidah, tapi yang berasal dari balik lidah dan bibir, bunyi kesunyian yang manis, bunyi kegembiraan dan kepedihan, dan bunyi kerinduan akan sesuatu yang tak dikenal nun di dunia yang jauh.

Kebabasan merupakan garis awal bagi jiwa untuk bergerak maju.

Pohon eik tak dapat tumbuh di bawah bayangan pohon wilo dan sebaliknya.

Dan apakah aku merasa keberatan pada tusukan lembut tangan yang harum karena wangi-wangian serta berhiaskan batu-batu permata?

Marilah kita kesampingkan perbedaan kita— mari kita simpan dalam kopor emas lantas kita lemparkan ke dalam lautan senyum.

Seperti kecapi Orpheus, yang menarik perhatian siapapun yang mendengarnya dan gemanya yang memikat dapat mengubah batu menjadi suluh yang terang benderang dan cabang menjadi sayap yang lincah.

(Sanggarku) –bagaikan hutan, di dalamnya hidup ini mendambakan hidup, dan laksana gurun—aku berdiri di tengah-tengah gurun, yang tampak hanyalah lautan pasir dan samudera udara.

…alat-alat musik yang dapat bicara meskipun tidak dimainkan.

(Benda kuno) mengarahkan pandanganku ke masa lalu melalui jendela masa depan.
Benda-benda(kuno) itu menarik perhatianku karena merupakan buah akal manusia yang berbaris dalam derap ribuan kaki menerobos kegelapan menuju dunia terang—akal budi abadi yang menyelam dalam-dalam sampai dasar samudera hanya untuk bangkit membumbung ke Bima Sakti.

Siapa gerangan yang dapat meninggalkan rumah batu yang ditempatinya sepanjang waktu—meski rumah itu bagaikan penjaranya, karena ia tak sanggup dan tak ingin meninggalkannya seharipun.

Gibran Kahlil Gibran

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home